MGC Daily Market Overview 27 Maret 2025

Bagikan artikel ini

Bursa Eropa Terkoreksi, Pasar Waspada Jelang 2 April 2025 Akibat Ancaman Tarif Trump

Bursa Eropa mengalami penurunan tajam pada Rabu (26/3) akibat kekhawatiran kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS).Indeks Stoxx 600 turun 0,7% ke 548,73, mencatat penurunan keempat dalam lima sesi perdagangan terakhir.

Analis Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter, menyebut pasar khawatir dampak tarif terhadap produsen dan eksportir Eropa. Meskipun ada kecemasan, sentimen terhadap ekonomi Eropa mulai membaik dan tidak menunjukkan perubahan tren signifikan. Awal pekan ini, sentimen global menguat setelah sinyal pelunakan tarif dari Trump, tetapi berubah karena kebijakan tarif otomotif. Bank Sentral Eropa (ECB) siap merespons dinamika ekonomi global dengan kebijakan suku bunga berbasis data yang pragmatis.

Di Inggris, Menteri Keuangan Rachel Reeves menyesuaikan belanja pemerintah untuk menjaga stabilitas fiskal dan menghindari defisit besar. Ketidakpastian ekonomi global meningkatkan potensi kenaikan pajak di Inggris guna menjaga keseimbangan fiskal pemerintah. Investor obligasi menyambut baik rencana pinjaman lebih rendah, dengan imbal hasil obligasi 30 tahun turun 6 basis poin. Penurunan imbal hasil juga didukung data inflasi yang lebih rendah, memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank of England.

 

Harga Emas Stabil, Berpotensi Cetak Rekor Baru di Atas US$3.000

Harga logam mulia tetap stabil pada Rabu (26/3), dengan pasar mencermati kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump. Emas spot turun 0,1% ke US$3.016,71 per ons, sedangkan emas berjangka AS melemah 0,1% ke US$3.022,50 per ons. Perak mengalami penurunan 0,3% menjadi US$33,63 per ons, sementara platinum melemah 0,1% ke US$975,17 per ons. Palladium justru naik 1% menjadi US$965,98 per ons, mencerminkan perbedaan tren dalam logam mulia lainnya.

Wakil Presiden Zaner Metals, Peter Grant, mengatakan pelemahan emas terjadi akibat penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi. Meski melemah, emas tetap bertahan di atas US$3.000 per ons dan berpotensi mencetak rekor baru dalam waktu dekat. Grant memproyeksikan bahwa jika harga emas mencapai level tertinggi baru, target berikutnya bisa mencapai US$3.150 per ons.

Trump mengonfirmasi tarif otomotif akan segera diterapkan, tetapi tidak semua tarif akan berlaku pada 2 April 2025. Kebijakan tarif ini menimbulkan kekhawatiran inflasi dan perlambatan ekonomi, mendorong investor mencari aset safe-haven seperti emas. Investor kini menunggu data indeks pengeluaran konsumsi pribadi AS yang dapat memengaruhi ekspektasi kebijakan The Fed. Jika data inflasi lebih rendah dari perkiraan, ekspektasi kebijakan dovish The Fed bisa mendorong harga emas lebih tinggi. The Fed telah mempertahankan suku bunga, namun mengisyaratkan potensi pemangkasan dalam tahun ini, menguntungkan emas. Presiden Bank Sentral Minneapolis, Neel Kashkari, menegaskan masih ada pekerjaan untuk menekan inflasi ke target 2%.

XAU/USD

BUY                         3022

TP                            3040

SL                            3010

Trump dan Sanksi AS, Faktor Pendorong Kenaikan Harga Minyak Global

Harga minyak mentah dunia naik pada Rabu (26/3) karena penurunan stok minyak dan dinamika perdagangan AS. Brent Crude naik 1,05% menjadi US$73,79, sementara WTI Crude meningkat 0,94% ke US$69,65 per barel. Analis Again Capital New York, John Kilduff, menyatakan pasar merespons positif kebijakan dan data terbaru AS. Laporan EIA menunjukkan stok minyak mentah turun 3,3 juta barel ke 433,6 juta, lebih dari perkiraan analis. Gangguan perdagangan minyak Venezuela ke China turut memengaruhi pasar, setelah Trump menetapkan tarif 25% pada importir minyak Caracas. Pedagang minyak China kini menghadapi dilema terkait keputusan impor minyak Venezuela di tengah tekanan AS. Washington juga menerapkan sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, termasuk kilang Shouguang Luqing Petrochemical di Shandong, China. Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh gencatan senjata antara AS, Rusia, dan Ukraina yang berpotensi meningkatkan pasokan minyak Rusia.

WTI/USD

BUY                  69.72

TP                     70.38

SL                     69.24

 

EUR/USD Tertekan, Ancaman Tarif Trump Picu Penurunan Berkelanjutan

EUR/USD terus melemah pada Rabu (26/3), turun lebih dari 0,25% dan jatuh di bawah 1,0750 untuk pertama kalinya sejak awal Maret. Pasangan mata uang ini telah mengalami pelemahan selama enam hari berturut-turut, seiring meningkatnya ketidakpastian pasar menjelang 2 April.

Trump Siapkan Tarif 25% untuk Kendaraan Impor

Pemerintahan Trump masih berencana menerapkan tarif luas pada impor tembaga, serta tarif 25% pada baja dan aluminium. Uni Eropa memproyeksikan tarif sekitar 20% terhadap sejumlah barang, dengan kebijakan yang bisa berubah tergantung keputusan Trump. Presiden AS juga mempertimbangkan untuk memasukkan pajak pertambahan nilai (PPN) sebagai bagian dari tarif timbal balik.

Dampak Data Ekonomi AS terhadap EUR/USD

Data PDB AS yang dirilis Kamis diperkirakan tidak memberikan dorongan signifikan bagi EUR/USD. Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (PCE) inti, yang akan dirilis Jumat, diperkirakan naik ke 2,7% YoY pada Februari.

Prakiraan Harga EUR/USD

Penurunan selama enam hari berturut-turut telah menekan EUR/USD sekitar 2% dari puncaknya di 1,0950 minggu lalu. Momentum bearish masih dominan, dengan potensi penurunan menuju EMA 200-hari di bawah 1,0700 dalam waktu dekat.

EUR/USD

BUY                          1.07450

TP                             1.07880

SL                             1.07292

 

GBP/USD Tergelincir di Bawah 1,29 Akibat Inflasi Inggris yang Melemah dan Presentasi Anggaran

GBP/USD turun 0,36% menjadi 1,2895 pada Rabu (26/3) setelah data inflasi Inggris lebih lemah dari perkiraan dan investor mencermati kebijakan anggaran terbaru.

Pound Tertekan oleh Inflasi Rendah dan Kebijakan Fiskal

  • Inflasi Inggris melambat ke 2,8% YoY di Februari dari 3% pada Januari.
  • IHK inti turun dari 3,7% ke 3,5% YoY, di bawah ekspektasi 3,6%.
  • Bank of England (BoE) belum memberikan sinyal pasti soal pemangkasan suku bunga.
  • Kanselir Keuangan Rachel Reeves menekan belanja pemerintah untuk menjaga target fiskal tetap terkendali.

Kantor Tanggung Jawab Anggaran Inggris (OBR) memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2025 turun dari 2% ke 1%, sementara inflasi diproyeksikan mencapai 3,2% sebelum turun ke 2,1% pada 2026.

Dolar Menguat Berkat Data Ekonomi AS yang Solid

  • Pesanan Barang Tahan Lama AS naik 0,9% MoM di Februari, melampaui estimasi kontraksi 1%.
  • Pesanan inti, tanpa transportasi, naik 0,7% MoM, jauh di atas perkiraan 0,2%.
  • Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, menegaskan inflasi masih perlu ditekan lebih lanjut sebelum pemangkasan suku bunga dilakukan.

Prospek GBP/USD

GBP/USD terus melemah, tetapi mampu memangkas sebagian kerugian setelah rilis data AS. Jika tekanan inflasi AS tetap tinggi, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed bisa tertunda, memperkuat dolar lebih lanjut terhadap pound.

GBP/USD

BUY                  1.28760

TP                     1.29328

SL                     1.28579

 

Pejabat BoJ, Koeda: Kenaikan Harga dan Upah Mengindikasikan Kemajuan

Anggota dewan Bank of Japan (BoJ), Junko Koeda, menyatakan bahwa inflasi menunjukkan tanda-tanda kemajuan, seiring dengan kenaikan upah di Jepang.

Pernyataan Utama Koeda:

  • Inflasi inti semakin mendekati target 2% secara berkelanjutan.
  • Efek kebijakan moneter sering muncul dengan jeda waktu.
  • BoJ masih mengevaluasi dampak kebijakan terhadap ekonomi.
  • Suku bunga netral menjadi faktor penting dalam menentukan kebijakan moneter.
  • Tidak ada urgensi untuk menaikkan suku bunga secara terburu-buru atau terlalu lambat.

Dampak ke Pasar

USD/JPY tetap menguat di atas level 150,00 setelah pernyataan ini, naik 0,17% pada hari ini. Pelaku pasar masih menunggu sinyal lebih jelas terkait kebijakan suku bunga BoJ di masa mendatang.

USD/JPY

BUY                       150.163

TP                          150.927

SL                          149.834

 

Wall Street Anjlok, Trump Picu Ketidakpastian dengan Tarif Otomotif

Bursa saham Amerika Serikat mengalami tekanan besar setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru pada industri otomotif. Investor khawatir kebijakan ini akan meningkatkan harga kendaraan dan memperlambat produksi, terutama dengan tarif balasan yang dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April 2025.

Kinerja Indeks Utama Wall Street (26/3):

  • S&P 500 (SPX): -1,12% ke 5.712,20
  • Nasdaq (IXIC): -2,04% ke 17.899,02
  • Dow Jones (DJIA): -0,31% ke 42.454,79

Managing Partner dari Harris Financial Group, Jamie Cox, menyebut bahwa ketidakpastian tarif adalah faktor utama yang mengganggu pasar, terutama sektor otomotif yang menjadi pusat dampak kebijakan ini. Selain itu, laporan menunjukkan kenaikan tak terduga dalam pesanan barang tahan lama, mengindikasikan bahwa perusahaan mulai menimbun inventaris untuk mengantisipasi lonjakan harga.

Fokus Investor Selanjutnya:

Pasar kini menunggu laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) pada Jumat, yang menjadi acuan utama The Fed dalam menilai inflasi. Jika tarif ini mendorong inflasi naik lebih tinggi, bank sentral bisa mempertimbangkan kembali jalur pemotongan suku bunga di tahun ini.

DOW JONES

BUY                 42686

TP                    43015

SL                    42510

 

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham. Seluruh konten ini bersifat informatif. Max Trader Community tidak menjamin kelengkapan dan akurasinya. Max Trader Community tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian, baik langsung maupun secara tidak langsung, akibat penggunaan informasi yang tersedia di konten ini

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Artikel Terkait