MGC Daily Market Overview 05 Maret 2025

Bagikan artikel ini

Emas Terus Bersinar, Dolar Melemah di Tengah Perang Dagang yang Meningkat

Emas Terus Bersinar, Dolar Melemah di Tengah Perang Dagang yang Meningkat

Harga emas terus mengalami kenaikan signifikan pada Rabu, 5 Maret 2025, akibat pelemahan dolar AS. Emas menjadi aset yang semakin dicari setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif impor baru. Dilansir dari Reuters, harga emas spot naik 0,6 persen menjadi USD2.911,88 per ons pada dini hari. Sejak awal tahun, harga emas telah meningkat hampir 11 persen hingga mencetak rekor tertinggi terbaru. Kontrak berjangka emas AS juga menguat 0,7 persen, ditutup di USD2.920,60 per ons pada perdagangan terakhir.

“Pemberlakuan tarif impor meningkatkan ketidakpastian sehingga aset safe-haven seperti emas terus menguat,” ujar David Meger. Dolar AS melemah terhadap mata uang utama lain, turut menopang penguatan harga emas global. Indeks dolar (DXY) turun 0,6 persen, mencapai titik terendah sejak Desember tahun sebelumnya. Pelemahan dolar membuat emas lebih murah bagi investor dengan mata uang selain dolar AS. Trump resmi menerapkan tarif 25 persen terhadap impor dari Meksiko dan Kanada pada pukul 05.01 GMT.

Tarif impor barang China juga digandakan menjadi 20 persen, memperburuk ketegangan perdagangan global. China langsung membalas dengan tarif tambahan 10 hingga 15 persen terhadap barang impor dari AS. Kanada juga menerapkan tarif 25 persen terhadap produk AS senilai 30 miliar dolar Kanada. Kondisi ini semakin memperparah ketidakpastian ekonomi global di tengah eskalasi perang dagang. Investor kini mengalihkan perhatian mereka ke kebijakan moneter yang akan diambil oleh The Fed.

Pelaku pasar menunggu laporan ketenagakerjaan ADP yang dijadwalkan rilis pada Rabu ini. Laporan nonfarm payrolls AS pada Jumat mendatang akan menjadi indikator penting bagi investor. “Jika pasar tenaga kerja melemah, pemangkasan suku bunga bisa terjadi lebih cepat,” ujar David Meger. Setelah tiga kali pemangkasan tahun lalu, The Fed masih mempertahankan suku bunga tetap stabil. Namun, investor memperkirakan pemangkasan akan dimulai pada Juni dengan kemungkinan lanjutan September.

Harga perak spot naik 0,6 persen menjadi USD31,88 per ons di tengah ketidakpastian pasar. Platinum mengalami kenaikan sebesar 0,9 persen ke level USD962,30 dalam perdagangan terbaru. Palladium juga mencatat kenaikan 0,9 persen ke harga USD946,25 per ons pada perdagangan Rabu. Sebelumnya, harga emas melonjak lebih dari 1 persen pada perdagangan Selasa, 4 Maret 2025. Kenaikan ini terjadi setelah emas sempat menyentuh level terendah dalam tiga pekan terakhir.

Harga emas spot pada hari Selasa naik 1,1 persen menjadi USD2.890,57 per ons dalam perdagangan global. Kontrak berjangka emas AS ditutup naik 1,8 persen di USD2.901,10 per ons pada perdagangan Selasa. “Saya yakin harga emas bisa menembus USD3.000 dalam waktu dekat,” ujar Daniel Pavilonis. Indeks dolar AS merosot lebih dari 1 persen, menjauhi level tertinggi dalam dua pekan terakhir. Pelemahan dolar meningkatkan permintaan emas karena lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

Trump resmi menerapkan kebijakan tarif baru terhadap Kanada dan Meksiko yang berlaku sejak Selasa. Pekan lalu, ia juga mengancam akan menambahkan tarif 10 persen terhadap impor dari China. Investor kini fokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan rilis pada Rabu, 6 Maret 2025. Laporan non-farm payrolls AS yang dijadwalkan Jumat, 8 Maret 2025 menjadi perhatian utama. Data ini dapat memberikan gambaran jelas mengenai arah kebijakan moneter The Fed ke depan.

Sebagai aset lindung nilai, emas selalu mendapat dorongan saat ketidakpastian ekonomi meningkat. Namun, kenaikan suku bunga dapat mengurangi daya tarik emas karena tidak memberikan imbal hasil. Harga perak mengalami kenaikan signifikan sebesar 2 persen ke level USD31,77 per ons. Platinum juga menguat 0,9 persen menjadi USD956,50 dalam perdagangan terbaru.
Palladium mencatat kenaikan 2 persen ke level USD937,10 per ons pada perdagangan Rabu.

“Kami melihat potensi kenaikan lebih lanjut untuk harga perak dalam beberapa waktu mendatang,” tulis UBS. Rebound harga emas masih berlangsung seiring meningkatnya permintaan aset safe-haven global. Investor terus mencari petunjuk dari kebijakan bank sentral dan langkah lanjutan The Fed. Harga emas berpotensi menembus USD3.000 jika ketegangan geopolitik terus meningkat. Dinamika pasar akan sangat bergantung pada keputusan suku bunga dan kebijakan perdagangan global.

XAU/USD

BUY                       2906

TP                           2936

SL                           2890

 

Harga Minyak Tertekan, OPEC+ Tambah Produksi di Tengah Perang Dagang yang Memanas

Harga minyak dunia anjlok pada Rabu, 5 Maret 2025, dan mendekati level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Pelemahan terjadi setelah laporan menyebut OPEC+ tetap berencana meningkatkan produksi minyak mulai April. Ketegangan perdagangan meningkat akibat tarif baru AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China yang dibalas Beijing. Harga minyak Brent turun 58 sen atau 0,8 persen menjadi USD71,04 per barel dalam sesi perdagangan terbaru. Minyak Brent sempat menyentuh titik terendah USD69,75 per barel, level terendah sejak September lalu.

Minyak West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen atau 0,2 persen menjadi USD68,26 per barel pada sesi terakhir. Sebelumnya, WTI sempat merosot ke USD66,77 per barel, level terendah sejak November tahun sebelumnya. OPEC+ mengejutkan pasar dengan keputusan menaikkan produksi sebesar 138 ribu barel per hari mulai April. Ini merupakan peningkatan produksi pertama sejak 2022 di tengah ketidakpastian ekonomi global yang meningkat. “Keputusan OPEC tampaknya lebih bernuansa politik dibanding ekonomi,” ujar Bjarne Schieldrop dari SEB.

Pada akhir sesi, harga minyak mulai stabil setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy memberikan pernyataan terbaru. Sumber Reuters menyebut kesepakatan mineral antara AS dan Ukraina akan segera ditandatangani dalam waktu dekat. Donald Trump sempat menangguhkan semua bantuan militer AS ke Ukraina akibat meningkatnya ketegangan politik. Gedung Putih juga dikabarkan meminta daftar sanksi yang dapat dikurangi dalam negosiasi dengan pemerintah Moskow. Jika sanksi terhadap Rusia dikurangi, pasokan minyak Rusia bisa kembali membanjiri pasar global dengan cepat.

Goldman Sachs menilai produksi minyak Rusia lebih dikendalikan oleh kebijakan OPEC+ dibanding sanksi Barat. Peningkatan pasokan minyak global dan perlambatan ekonomi AS akibat tarif menjadi ancaman bagi harga minyak. China mengalami pelemahan konsumsi minyak karena banyak kilang memasuki masa perawatan dalam beberapa bulan ke depan. Josh Callaghan dari Arrow Energy Markets menyebut kilang-kilang China sedang mengurangi aktivitas produksi minyaknya. Pemerintahan Trump juga mengumumkan akan mengakhiri lisensi operasi Chevron di Venezuela dalam waktu dekat.

Keputusan itu diambil setelah AS menuduh Presiden Venezuela Nicolas Maduro gagal memenuhi janji reformasi pemilu. Fokus pasar kini beralih ke laporan pemerintah mengenai stok minyak mentah AS yang akan dirilis hari ini. Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah AS turun 1,46 juta barel pada pekan lalu. Tekanan harga minyak juga dipengaruhi oleh perubahan strategi BP yang mulai mengurangi investasi energi bersih. Perusahaan energi raksasa BP resmi mengumumkan peningkatan produksi minyak dan gas serta pemangkasan energi hijau.

Di bawah kepemimpinan Donald Trump, transisi energi semakin menemui hambatan kebijakan di berbagai sektor. Sejak dilantik kembali pada Januari, Trump mulai membatalkan kebijakan iklim era Biden secara bertahap. Kebijakan era Biden sebelumnya mendorong investasi besar di energi terbarukan untuk mengurangi ketergantungan fosil. Namun, pemerintahan Trump kini lebih fokus pada industri minyak dan gas untuk meningkatkan kemandirian energi AS. Investor masih menunggu kepastian kebijakan energi global sebelum menentukan langkah strategis selanjutnya.

WTI/USD

SELL            67.74

TP                67.01

SL                68.79

 

Prakiraan EUR/USD: Target Selanjutnya 1,0630 di Tengah Pelemahan Dolar AS

EUR/USD melonjak ke 1,0560, mencapai level tertinggi tahun ini akibat melemahnya Dolar AS sejak Desember. Tarif 25% AS terhadap Kanada dan Meksiko serta 20% untuk China mulai berlaku, memicu ketegangan dagang. Beijing merespons dengan tarif tambahan pada impor AS, sementara Kanada menetapkan bea 25% untuk barang AS. Tarif ini dapat meningkatkan inflasi, memicu kebijakan moneter lebih ketat dari The Fed yang dapat menguatkan USD. Sebaliknya, jika tarif memperlambat ekonomi, The Fed mungkin lebih dovish, yang bisa melemahkan USD.

Potensi tarif AS terhadap Uni Eropa dapat menekan Euro dan menyeret EUR/USD ke bawah. Kesepakatan damai Rusia-Ukraina yang sedang dibahas meningkatkan optimisme pasar dan aset berisiko. The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25%–4,50%, menyoroti inflasi stabil, pertumbuhan kuat, dan tenaga kerja ketat. Jerome Powell menyatakan masih terlalu dini untuk pemangkasan suku bunga karena inflasi tetap tinggi. ECB diperkirakan memangkas suku bunga 25 bps pada Kamis guna mendukung pertumbuhan ekonomi zona Euro.

Christine Lagarde menolak pemangkasan 50 bps dan menegaskan kebijakan ECB akan bergantung pada data. EUR/USD stabil di atas 1,0500, dengan resistance di 1,0559, 1,0572, dan 1,0629 sebagai target kenaikan berikutnya.
Support kuat berada di 1,0359, 1,0282, dan 1,0209, dengan risiko lebih dalam ke 1,0176 jika tekanan jual meningkat.
RSI mendekati 59 menunjukkan momentum bullish moderat, sedangkan ADX di 13 menunjukkan tren masih lemah.

EUR/USD

BUY                   1.06200

TP                       1.06780

SL                       1.05224

 

GBP/USD Bertahan di Level Tinggi, Dolar AS Tertekan Akibat Tarif

Pound Sterling mempertahankan kenaikan dua hari berturut-turut terhadap Dolar AS setelah tarif AS terhadap Meksiko, Kanada, dan China berlaku.GBP/USD diperdagangkan di 1,2708, naik 0,08%, seiring investor menghukum Greenback di tengah memburuknya prospek ekonomi. Pasar AS sepi data ekonomi kecuali pidato pejabat The Fed, sementara imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun turun ke 4,132%. Indeks Dolar AS (DXY) jatuh ke 105,87, terendah tiga bulan, sebelum sedikit pulih ke 106,20, turun 0,33% pada hari itu.

Data indeks harga toko BRC Inggris turun 0,7% YoY pada Februari, tetapi naik 0,4% MoM karena kenaikan harga makanan. CEO BRC Helen Dickinson memperkirakan harga toko akan naik lebih lanjut akibat kenaikan upah minimum 7% pada April. Bank of England (BoE) menghadapi tekanan inflasi saat memulai siklus pelonggaran, dengan IHK Januari naik 3%, tertinggi 10 bulan. Gubernur BoE Andrew Bailey dijadwalkan memberikan pernyataan pada hari Rabu, yang bisa memberikan petunjuk kebijakan selanjutnya. Di AS, pasar menantikan pidato Presiden Donald Trump di Kongres pada pukul 01:00 GMT untuk sinyal kebijakan ekonomi lebih lanjut.

Prakiraan Teknikal GBP/USD

GBP/USD mencapai level tertinggi tahun ini di 1,2753 sebelum mundur saat pasar mencerna dampak tarif AS.
Resistance utama berada di SMA 200-hari di 1,2785, yang jika ditembus dapat membawa harga ke 1,2800.
Di sisi bawah, support kritis berada di 1,2700, dengan potensi penurunan lebih lanjut ke SMA 100-hari di 1,2627 dan 1,2600.

GBP/USD

BUY                  1.27910

TP                      1.28359

SL                      1.27152

 

USD/JPY Sentuh Level Terendah Lima Bulan di 148,40 di Tengah Ekspektasi Dovish The Fed

USD/JPY merosot ke 148,40 karena taruhan terhadap pemangkasan suku bunga The Fed pada Juni meningkat tajam. Indeks Dolar AS (DXY) jatuh mendekati 106,00, level terendah hampir tiga bulan, di tengah data ekonomi AS yang lemah. Menurut CME FedWatch, probabilitas The Fed menurunkan suku bunga pada Juni naik menjadi 86% dari 71% sepekan lalu. Tarif tambahan AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China gagal meningkatkan permintaan safe-haven terhadap Dolar AS.

Presiden AS Trump mengonfirmasi tarif 25% untuk Kanada dan Meksiko serta 10% untuk China, memicu perang dagang baru. Sebagai respons, China menerapkan tarif impor pada produk pertanian AS, semakin menekan ekonomi global. S&P 500 turun lebih dari 2% setelah Trump mengumumkan kebijakan tarif, memperburuk sentimen pasar. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menekankan fokus pemerintah pada usaha kecil dan konsumen domestik.

Dukungan dari Bank of Japan dan Spekulasi Pasar

Di Asia, Yen Jepang menguat karena ekspektasi bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini. Posisi beli kontrak berjangka Yen melonjak menjadi 96 ribu pada 25 Februari, naik dari 61 ribu sepekan sebelumnya. Data dari Commodity Futures Trading Commission mencatat level tertinggi dalam lebih dari 30 tahun, menunjukkan optimisme pasar.

Prakiraan Teknikal USD/JPY

USD/JPY mendekati support kunci di 148,40, level terendah dalam lima bulan, yang bisa memicu tekanan jual lebih lanjut.
Jika breakdown terjadi, pasangan ini bisa menuju 147,80 sebelum menguji level psikologis 147,00.
Resistance terdekat berada di 149,50, dengan potensi rebound ke 150,00 jika Dolar AS mendapat dukungan fundamental.

USD/JPY

BUY                    150.130

TP                       151.003

SL                       148.779

 

 

Wall Street Babak Belur Akibat Perang Dagang

Wall Street anjlok setelah perang dagang antara AS dan mitra dagang utama semakin memanas. Pemerintahan Trump resmi memberlakukan tarif baru terhadap Kanada, Meksiko, dan menggandakan tarif terhadap China.

  • Indeks S&P 500 turun 1,2%, dengan lebih dari 80% sahamnya berakhir di zona merah.
  • Dow Jones Industrial Average jatuh 1,6%, sedangkan Nasdaq turun tipis 0,4% setelah sempat memasuki zona koreksi 10%.
  • Sektor keuangan terpukul: JPMorgan Chase anjlok 4%, Bank of America lebih parah dengan penurunan 6,3%.
  • DAX Jerman turun 3,5%, dipicu kejatuhan saham produsen mobil. Pasar Asia juga mengalami penurunan meski lebih moderat.

“Pasar kesulitan menilai seberapa besar dampak perang dagang ini. Jelas ini eskalasi yang lebih besar dibanding periode pertama Trump,” – Ross Mayfield, analis Baird.

Tarif Baru dan Dampaknya ke Perdagangan

  • AS memberlakukan tarif baru:
    • Kanada & Meksiko: 25%
    • Produk energi Kanada: Tambahan 10%
    • China: Dari 10% menjadi 20%
  • China membalas dengan tarif 15% untuk impor utama dari AS, termasuk ayam, daging babi, kedelai, dan daging sapi.
  • Kanada & Meksiko merespons dengan tarif tambahan pada produk AS senilai USD 100 miliar.

Retail & Konsumen Ikut Tertekan

  • Target turun 3%, meskipun laba lebih tinggi dari ekspektasi.
  • Best Buy anjlok 13,3%, setelah memperingatkan dampak negatif dari tarif terhadap margin keuntungan.
  • CEO Best Buy, Corie Barry: “China dan Meksiko adalah sumber utama produk kami. Tarif ini akan membuat harga barang melonjak.”

Ekspektasi Suku Bunga & Dampak ke Pasar Obligasi

  • The Fed diperkirakan tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat karena ketidakpastian dampak tarif terhadap inflasi.
  • Yield Treasury 10 tahun naik ke 4,20% dari 4,16% sehari sebelumnya.
  • Sam Stovall, CFRA: “Tarif baru bisa memicu inflasi dan menggerus nilai obligasi jangka panjang.”

Dengan ketidakpastian yang meningkat, investor kini mengalihkan perhatian ke langkah The Fed berikutnya dan potensi eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang.

DOW JONES

BUY                           42800

TP                              43225

SL                               42531

 

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan  tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham. Seluruh konten ini bersifat informatif. Max Trader Community tidak menjamin kelengkapan dan akurasinya. Max Trader Community tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian, baik langsung maupun secara tidak langsung, akibat penggunaan informasi yang tersedia di konten ini

 

 

 

 

Artikel Terkait