IHSG Anjlok Tajam, Ini Faktor Penyebab dan Strategi Investor

Bagikan artikel ini

Apa Itu IHSG?

Halo Maxfriends… apakah kalian tahu apa itu IHSG? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indikator utama yang mencerminkan kinerja pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). IHSG menggambarkan sentimen investor terhadap kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, serta berbagai faktor eksternal lainnya. Kenaikan IHSG menunjukkan optimisme investor, sementara penurunan tajam, seperti yang terjadi baru-baru ini, menandakan adanya tekanan besar di pasar.

Pada Selasa (18/3/2025), IHSG mengalami penurunan lebih dari 7% ke level 6.017,39, yang merupakan koreksi terdalam sejak pandemi Covid-19. Beberapa faktor domestik berkontribusi terhadap pelemahan ini. Berikut adalah faktor-faktor utama yang menyebabkan penurunan IHSG.

Faktor Penyebab Penurunan IHSG

  1. Defisit APBN dan Penurunan Penerimaan Pajak
    Hingga akhir Februari 2025, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencatat defisit sebesar Rp31,2 triliun atau 0,13% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pendapatan negara mengalami penurunan signifikan, terutama dalam penerimaan pajak yang turun 30,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini mencerminkan perlambatan aktivitas ekonomi yang turut memengaruhi kepercayaan investor.
  2. Rumor Pengunduran Diri Menteri Keuangan Sri Mulyani
    Pasar sempat diguncang oleh kabar bahwa Menteri Keuangan Sri Mulyani akan mengundurkan diri. Meskipun pihak Istana telah membantah rumor tersebut dan menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar, dampaknya terhadap pasar sudah terasa. Kepercayaan investor asing terhadap kepemimpinan Sri Mulyani cukup tinggi, sehingga isu ini menyebabkan aliran dana keluar dari pasar saham Indonesia.
  3. Pelemahan Daya Beli Masyarakat
    Deflasi bahan makanan sebesar -0,7% pada Februari 2025 menunjukkan bahwa daya beli masyarakat mengalami pelemahan. Selain itu, impor barang konsumsi juga mengalami penurunan hampir 21% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara historis, menjelang Ramadan biasanya terjadi peningkatan konsumsi, namun tahun ini tren yang terjadi justru sebaliknya, yang mengindikasikan kondisi ekonomi yang kurang kondusif.
  4. Pelemahan Rupiah dan Koreksi Saham Perusahaan Besar
    Nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar AS turut menambah tekanan di pasar saham. Selain itu, saham dari perusahaan-perusahaan besar, termasuk yang berada di bawah Grup Barito, mengalami koreksi tajam. Kondisi ini semakin memperburuk situasi IHSG karena banyak investor yang memilih untuk melepas aset mereka.

Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian Pasar

Meskipun IHSG mengalami tekanan, kondisi ini dapat menjadi peluang bagi investor jangka panjang. Erwin Supandi, Head of Equity Retail HP Sekuritas, menyatakan bahwa koreksi ini dapat dimanfaatkan untuk membeli saham-saham dengan fundamental kuat pada harga yang lebih rendah.

Analis dari Mirae Asset Sekuritas juga menyarankan agar investor tetap tenang dan terus memantau kebijakan ekonomi pemerintah serta langkah-langkah pemulihan yang diambil. Dalam sejarahnya, IHSG telah menghadapi berbagai tekanan dan tetap memiliki potensi untuk pulih seiring berjalannya waktu.

Bagi investor yang ingin bertahan dalam kondisi pasar yang berfluktuasi, penting untuk melakukan analisis yang matang, menghindari keputusan emosional, serta menerapkan strategi diversifikasi portofolio guna meminimalkan risiko investasi.

Artikel Terkait