Uni Eropa Bersatu Hadapi Tarif Trump, Perang Dagang Global di Depan Mata
Negara-negara Uni Eropa siap membalas kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Mengutip Reuters, Minggu (6/4/2025), Uni Eropa akan menyetujui langkah balasan pertama terhadap tarif Amerika Serikat.
Balasan ini mencakup tarif atas impor AS senilai hingga US$ 28 miliar, dari benang gigi hingga berlian.
Langkah ini mengikuti jejak Tiongkok dan Kanada yang juga memberlakukan tarif balasan terhadap Amerika Serikat.
Kebijakan ini meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang global yang bisa picu resesi ekonomi dunia.
Blok Eropa menghadapi tarif 25% untuk baja dan aluminium serta 20% untuk barang lainnya mulai Rabu.
Tarif ini mencakup 70% dari total ekspor Uni Eropa ke Amerika Serikat senilai 532 miliar euro tahun lalu.
AS juga mempertimbangkan bea masuk untuk tembaga, farmasi, semikonduktor, dan kayu dari Uni Eropa.
Komisi Eropa akan mengusulkan daftar produk AS yang dikenakan bea tambahan pada Senin malam.
Daftar itu mencakup daging, sereal, anggur, kayu, pakaian, permen karet, hingga tisu toilet dari AS.
Produk bourbon menjadi sorotan, karena akan dikenai tarif 50% oleh Uni Eropa.
Trump mengancam membalas dengan tarif 200% untuk minuman beralkohol Uni Eropa jika tarif tersebut diterapkan.
Eksportir anggur dari Prancis dan Italia menyuarakan kekhawatiran atas kebijakan balasan tersebut.
Uni Eropa tetap ingin menjaga tekanan agar AS mau berunding dan menghapus tarif tersebut.
Luksemburg akan menjadi tuan rumah pertemuan politik seluruh Uni Eropa sejak pengumuman tarif AS.
Menteri perdagangan dari 27 negara anggota akan bertukar pandangan dan strategi balasan.
Pertemuan ini bertujuan menunjukkan persatuan dan kesiapan untuk bernegosiasi dengan AS.
Namun, Uni Eropa siap memberikan respons jika negosiasi gagal mencapai kesepakatan.
Diplomat UE menekankan pentingnya menjaga kebijakan dagang bersama dan menghindari perpecahan internal.
Mereka ingin memastikan bahwa pendekatan kolektif tetap menjadi strategi utama melawan kebijakan proteksionis AS.
Harga Emas Masih Bertahan di Kisaran US$3.000 Meski Diterpa Efek Tarif Trump
Harga logam mulia turun tajam akibat kekhawatiran perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Perdagangan Jumat (5/4) mencatat penurunan signifikan pada hampir semua komoditas logam mulia utama global.
Data dari Reuters, Senin (7/4), menunjukkan logam mulia kompak mengalami koreksi besar.
Rangkuman Pergerakan Harga Komoditas Logam Mulia:
- Emas spot turun 2,9% menjadi US$3.024,20 per ounce.
- Emas berjangka AS melemah 2,8% ke US$3.035,40 per ounce.
- Perak anjlok 7,3% ke US$29,54 per ounce.
- Platinum turun 3,6% ke US$918,35 per ounce.
- Paladium melemah 2% ke US$909,75 per ounce.
Analis Standard Chartered, Suki Cooper, menyebut investor menjual emas untuk menutupi kerugian di sektor lain.
“Emas digunakan sebagai aset likuid untuk memenuhi margin call akibat gejolak pasar,” jelas Cooper.
Situasi ini biasa terjadi setelah kepanikan melanda pasar keuangan secara tiba-tiba.
China membalas tarif besar-besaran AS dengan mengenakan tarif 34% pada seluruh produk asal Amerika.
Langkah itu memperburuk ketegangan dagang dan menekan sentimen pasar global.
Dolar AS juga menguat, sehingga harga emas menjadi mahal bagi pembeli luar negeri.
Ketua The Fed, Jerome Powell, memperingatkan dampak tarif Trump terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan Powell memunculkan spekulasi pasar terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga.
Meski turun dalam jangka pendek, emas tetap naik 15,3% sejak awal tahun 2025.
Kenaikan tersebut didorong pembelian besar oleh bank sentral dan meningkatnya ketegangan geopolitik global.
“Volatilitas saat ini tidak mengubah posisi emas sebagai aset lindung nilai,” ujar Cooper.
XAU/USD

BUY 2974
TP 3063
SL 2942
Gejolak Perang Dagang China-AS Tekan Harga Minyak ke Level Terendah 3 Tahun
Harga minyak global turun tajam akibat ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Pada Jumat (4/4), harga menyentuh titik terendah sejak lebih dari tiga tahun terakhir.
Menurut Reuters, Senin (7/4), Brent Crude jatuh 6,5% menjadi US$65,58 per barel.
Sementara WTI Crude merosot 7,4% ke US$61,99 per barel.
Analis United ICAP, Scott Shelton, menyebut penurunan mencerminkan kekhawatiran permintaan yang makin melemah.
“Pasar menanti gambaran jelas soal seberapa besar permintaan benar-benar menurun,” ujarnya.
Kebijakan tarif AS memicu ketakutan resesi dan menekan konsumsi energi secara global.
Meskipun minyak dan produk olahannya dikecualikan dari tarif, dampak ekonomi tetap terasa.
Kebijakan proteksionis AS dianggap memperlambat ekonomi global dan memperburuk konflik dagang.
Situasi ini akhirnya menambah tekanan terhadap harga minyak di pasar internasional.
OPEC mengumumkan percepatan peningkatan produksi minyak mulai Mei.
Organisasi ini akan menambah pasokan 411.000 barel per hari, jauh di atas target awal.
Target awal sebelumnya hanya 135.000 barel per hari.
Faktor lain datang dari Rusia, terkait ekspor melalui terminal Laut Hitam.
Keputusan pengadilan Rusia tak menangguhkan ekspor dari Konsorsium Pipa Kaspia (CPC).
Hal ini menghapus kekhawatiran gangguan pasokan dari Kazakhstan.
Dengan kondisi ini, investor bersiap menghadapi ketidakpastian lebih lanjut di pasar minyak global.
WTI/USD

BUY 60.40
TP 63.21
SL 56.80
EUR/USD Datar di Tengah Ketegangan Dagang dan Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Pasangan mata uang EUR/USD bergerak stabil di atas pertengahan 1,0900-an pada perdagangan Senin.
Harga spot sempat memantul dari posisi terendah sesi Asia di sekitar 1,0880.
Kini, EUR/USD diperdagangkan di dekat 1,0960, tak banyak berubah dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan moderat euro terjadi di tengah pelemahan dolar AS yang kehilangan momentum pemulihan dari akhir pekan lalu.
Pelemahan dolar dipicu oleh spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed secara agresif tahun ini.
Pasar mulai memperkirakan empat kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed selama 2025.
Kekhawatiran resesi ekonomi AS mendorong aksi jual pada dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah.
Investor global beralih ke aset aman, menekan yield dan membuat dolar semakin tertekan.
Namun, penguatan euro dibatasi oleh kekhawatiran perang dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Blok Uni Eropa menghadapi tarif AS sebesar 25% untuk baja, aluminium, dan mobil.
Tarif tambahan sebesar 20% juga berlaku bagi hampir semua barang UE lainnya.
Komisi Eropa berencana mengusulkan daftar produk AS untuk dikenakan bea masuk balasan.
Langkah tersebut dapat memicu eskalasi lebih lanjut dalam konflik dagang transatlantik.
Ketegangan geopolitik dan kerusuhan global meningkatkan daya tarik dolar sebagai safe haven.
Hal ini dapat membatasi kenaikan lebih lanjut pasangan mata uang EUR/USD dalam waktu dekat.
Investor tampak enggan mengambil posisi besar mengingat sentimen pasar masih bercampur.
EUR/USD tetap rentan terhadap pergeseran sentimen pasar dan perkembangan kebijakan dagang terbaru.
EUR/USD

SELL 1.09772
TP 1.08891
SL 1.10721
GBP/USD Bangkit dari Terendah, Rebut Level 1,2900 di Tengah Pelemahan Dolar
GBP/USD bangkit dari terendah satu bulan saat sesi Asia, setelah menyentuh area 1,2830.
Harga kini diperdagangkan di sekitar 1,2900 dengan dukungan teknikal dari SMA 200-hari.
Pasangan ini sempat terkoreksi dari level tertinggi enam bulan yang dicapai minggu lalu.
Kebangkitan ini terjadi saat Dolar AS melemah karena spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Tarif besar dari Presiden Trump memicu ketegangan perdagangan global dan memukul sentimen pasar.
Namun, Dolar masih mendapat dukungan sebagai safe haven di tengah ketidakpastian global.
Investor tetap berhati-hati, menghindari posisi besar pada Dolar karena risiko resesi ekonomi AS.
Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak empat kali selama 2025.
Imbal hasil obligasi AS jatuh tajam akibat kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Hal ini menambah tekanan bagi USD dan mendorong rebound pada GBP/USD.
Pound mendapat dukungan dari ekspektasi Bank of England yang lebih hawkish dibanding bank sentral lainnya.
Pasar memperkirakan BoE akan menurunkan suku bunga lebih lambat dibandingkan The Fed.
Secara teknikal, rebound dari SMA 200-hari mengisyaratkan dukungan kuat bagi GBP/USD.
Prospek jangka pendek pasangan ini cenderung naik selama tetap bertahan di atas 1,2830.
GBP/USD

BUY 1.28926
TP 1.30518
SL 1.27910
Morgan Stanley Prediksi Yen Naik 7% Terhadap Dolar di Tengah Risiko Resesi AS
Morgan Stanley memprediksi Yen Jepang akan menguat sekitar 7% terhadap Dolar AS.
Hal ini terjadi karena kekhawatiran resesi AS meningkat akibat tarif timbal balik yang diumumkan baru-baru ini.
Tim analis termasuk Koichi Sugisaki dan David Adams mengajukan dua strategi trading untuk long Yen.
Strategi pertama adalah short USD/JPY dari 146,40 dengan target 135 dan stop loss di 151.
Target ini direvisi dari sebelumnya 145 karena prospek ekonomi AS yang memburuk.
Strategi kedua adalah short CHF/JPY dari level 171,30 dengan target 160 dan stop loss di 180.
Morgan Stanley menyebutkan bahwa pasar akan mulai memperhitungkan risiko resesi lebih serius jika data ekonomi AS melemah.
Tanda-tanda penurunan ekonomi AS bisa mempercepat aksi jual terhadap Dolar dan mendukung Yen.
Dana pensiun Jepang diketahui melakukan pembelian USD/JPY saat penurunan, menjaga kestabilan pasangan tersebut.
Namun jika suku bunga terminal The Fed turun ke 2,75% pada akhir 2025, USD/JPY bisa melemah ke 135.
Prediksi ini menandakan potensi penguatan Yen hingga 7% dari posisi saat ini, menurut hitungan Morgan Stanley.
USD/JPY

BUY 146.150
TP 147.986
SL 143.389
Pasar Saham AS Tertekan, S&P Futures Anjlok Akibat Ketidakpastian Tarif
Pasar saham AS diprediksi terus melemah karena efek kebijakan tarif Presiden Donald Trump.
Beberapa lembaga investasi besar memangkas target saham AS untuk 2025 karena ketidakpastian yang meningkat.
Evercore ISI, RBC Capital, Goldman Sachs, Barclays, dan Yardeni Research menurunkan rating pasar saham AS.
Alasan utama pemangkasan adalah risiko inflasi, pelemahan ekonomi, dan penurunan margin perusahaan.
Michael Purves dari Tallbacken Capital menilai pasar terlalu optimistis tanpa menghitung risiko yang memburuk.
“Valuasi saham saat ini terlalu tinggi untuk pasar yang sangat tidak pasti,” ujar Purves, dikutip Bloomberg.
Indeks saham utama AS turun tajam pada 3–4 April 2025 setelah Trump mengumumkan tarif impor baru.
Apple Inc. dan Caterpillar Inc. mengalami koreksi besar masing-masing 16% dan 14%.
Ed Yardeni menyebut tarif impor ditujukan untuk menyejahterakan “Main Street” meski menyakitkan “Wall Street”.
Para investor kini lebih berhati-hati menyikapi outlook pasar yang penuh tekanan dan risiko lanjutan.
DOW JONES

BUY 37615
TP 39179
SL 36772
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham. Seluruh konten ini bersifat informatif. Max Trader Community tidak menjamin kelengkapan dan akurasinya. Max Trader Community tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian, baik langsung maupun secara tidak langsung, akibat penggunaan informasi yang tersedia di konten ini






