Harga Emas Terkoreksi, Kini Hampir Rp49 Juta per Ons
Harga emas turun akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS dan aksi ambil untung investor. Sebelumnya, harga emas naik tiga hari berturut-turut.
Menurut Reuters, Jumat, 7 Maret 2025, harga emas spot turun 0,1% ke USD2.915,83 per ons (Rp48,1 juta). Kontrak berjangka emas AS turun tipis ke USD2.926,6 per ons (Rp48,2 juta).
Analis Kitco Metals, Jim Wyckoff, menyebut penurunan ini hanya aksi ambil untung. Secara fundamental, emas tetap bullish.
Sejak awal 2025, harga emas naik lebih dari 10%, didorong ketidakpastian geopolitik. Pada 24 Februari 2025, harga emas mencetak rekor USD2.956,15 per ons (Rp48,7 juta).
Pasar menanti laporan ketenagakerjaan AS. Survei Reuters memprediksi AS menambah 160 ribu lapangan kerja Februari lalu.
Spekulasi soal kebijakan The Fed makin meningkat. Bank sentral AS diprediksi mulai melonggarkan kebijakan moneter pada Juni.
Analis City Index, Fawad Razaqzada, menyebut pemotongan suku bunga bisa lebih besar dari perkiraan. Data ekonomi lemah menambah ketidakpastian pasar.
Meski fluktuatif, emas masih bertahan di level tinggi. Target harga emas berikutnya adalah USD3.000 per ons (Rp49,5 juta).
Sementara itu, harga perak naik 0,2% ke USD32,70 per ons. Palladium naik 0,4% ke USD946,58. Platinum stagnan di USD965,76.
Prospek Emas 2025
Tahun lalu, analis memprediksi emas menembus USD2.300–USD2.400 per troy ons dalam satu-dua tahun. Namun, sejak musim panas 2024, emas sudah melewati USD2.400 dan terus mencetak rekor baru.
Pada 2024, harga emas naik 25%, didorong inflasi dan ketegangan geopolitik. Permintaan tinggi membuat harga emas terus menguat.
Di 2025, ketidakpastian ekonomi global masih jadi faktor utama. Investor menjadikan emas sebagai aset safe haven di tengah situasi tidak menentu.
Luciano Duque dari C3 Bullion menilai tren emas masih positif. Koreksi harga bisa terjadi, tetapi diprediksi hanya bersifat sementara.
Bank sentral berbagai negara masih agresif membeli emas. Pembelian ini mendukung tren kenaikan harga emas ke depan.
Goldman Sachs menyebut utang AS sebagai pemicu utama kenaikan harga emas. Departemen Keuangan AS mencatat utang negara menembus USD36 triliun.
Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan pembayaran bunga utang AS mencapai USD1 triliun per tahun. Inflasi tinggi mendorong investor beralih ke emas sebagai lindung nilai.
Goldman Sachs memperkirakan harga emas bisa mencapai USD3.000 per ons pertengahan tahun ini.
Prediksi Harga Emas di Musim Panas
Memprediksi harga emas tidak mudah, tetapi indikator ekonomi bisa memberi gambaran.
Kebijakan suku bunga The Fed menjadi faktor utama. Jika suku bunga turun, pembelian ETF emas cenderung meningkat.
Investor mungkin meningkatkan alokasi emas dalam portofolio mereka jika tren bullish berlanjut.
Namun, investor disarankan tidak menaruh terlalu banyak dana di emas. Alokasi ideal emas adalah 5–10% dari total investasi.
Pawan Jain dari Virginia Commonwealth University memprediksi harga emas bisa mencapai USD3.200–USD3.300 per troy ons (Rp52,8–Rp54,5 juta) pertengahan 2025.
Dua faktor utama pendorong kenaikan harga emas:
- Bank sentral terus memperkuat cadangan emas global.
- Permintaan investor tetap kuat, baik di pasar ETF maupun kepemilikan emas fisik.
XAU/USD

BUY 2904
TP 2927
SL 2892
Harga Minyak Berfluktuasi, Brent Masih di Bawah USD70 per Barel
Harga minyak dunia bergerak naik turun pada Jumat, 7 Maret 2025. Brent tetap bertahan di bawah USD70 per barel.
Faktor utama tekanan harga minyak adalah tarif dagang AS, Kanada, dan China serta rencana OPEC+ menambah produksi.
Menurut Reuters, Brent naik 16 sen atau 0,2% ke USD69,46 per barel. Sementara itu, WTI naik 5 sen atau 0,1% menjadi USD66,36 per barel.
Sehari sebelumnya, Brent sempat menyentuh USD68,33, level terendah sejak Desember 2021.
Persediaan minyak mentah AS naik lebih dari perkiraan. Kebijakan OPEC+ menambah kuota produksi pertama kali sejak 2022 juga menekan harga.
Dennis Kissler dari BOK Financial menyebut pasar minyak tetap bergejolak. Ada tambahan pasokan OPEC, perubahan tarif AS, serta perkembangan konflik Rusia-Ukraina.
Tarif AS dan Kebijakan Dagang Trump
Rusia menegaskan tidak akan mundur dari wilayah yang mereka kuasai dalam negosiasi perdamaian dengan Ukraina.
Presiden AS Donald Trump kembali mengubah kebijakan tarif dagang. Ia mengecualikan tarif 25% untuk barang Kanada dan Meksiko selama sebulan.
Sumber Reuters menyebut Trump mungkin menghapus tarif 10% pada impor energi dari Kanada, termasuk minyak mentah.
Iran dan OPEC+ Jadi Penentu
AS meningkatkan tekanan sanksi terhadap Iran untuk menekan ekspor minyak negara tersebut.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent akan meninjau kembali pengecualian sanksi bagi Iran. Irak juga didorong mengurangi ketergantungan energinya pada Iran.
Analis energi TP ICAP, Scott Shelton, menilai risiko permintaan lebih besar dari risiko pasokan.
OPEC+ menambah produksi, tetapi permintaan bisa terpuruk jika sanksi Iran diperketat dan ekonomi melambat.
Pasar minyak merespons kebijakan OPEC+ dengan tekanan harga. Namun, delegasi OPEC+ yakin harga minyak bisa pulih bertahap.
WTI/USD

BUY 66.17
TP 67.05
SL 65.55
EUR/USD Berfluktuasi Jelang Rilis Data NFP
EUR/USD berusaha mempertahankan kenaikan empat hari berturut-turut, tetapi menghadapi tekanan sebelum rilis Nonfarm Payrolls (NFP) AS pada Jumat.
Euro ditolak di level 1,0850 pada Kamis, menghentikan tren naik tiga hari berturut-turut.
Sejak awal minggu, EUR/USD naik 4,6% dari level terendah ke tertinggi, didorong oleh perubahan ekspektasi suku bunga.
Pasar kini memperkirakan ECB hanya akan menurunkan suku bunga satu kali lagi pada 2025, setelah pemangkasan 25 bp pada Kamis.
Dinamika Suku Bunga dan Tarif
Ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut berkurang karena inflasi masih tinggi di UE dan AS.
Donald Trump menangguhkan sementara tarif pada produk dalam perjanjian USMCA, menciptakan ketidakpastian bagi pasar.
Pasar masih ragu untuk mengambil risiko lebih besar karena kebijakan tarif AS yang berubah-ubah.
Fokus pada Data NFP AS
Investor akan mencermati NFP untuk mengukur kesehatan pasar tenaga kerja AS.
Meskipun ekonomi AS tetap kuat, tanda-tanda pelemahan mulai terlihat, terutama di sektor ketenagakerjaan.
Tekanan inflasi baru, termasuk akibat tarif, turut memperlambat prospek pertumbuhan ekonomi.
Analisis Teknis EUR/USD
EUR/USD tertahan di 1,0850 pada Kamis, menghentikan momentum bullish jangka pendek.
Pasangan ini berhasil menembus EMA 200-hari di 1,0650, mengembalikan tren bullish untuk pertama kali sejak November.
Osilator teknis berada di zona jenuh beli, mengindikasikan potensi koreksi dalam waktu dekat.
Namun, tidak ada alasan teknis kuat untuk penurunan tajam, kecuali reaksi dari level support/resistance Oktober lalu.
EUR/USD

BUY 1.07911
TP 1.08363
SL 1.07491
Pound Sterling Bertahan di 1,2900, Pasar Abaikan Risiko Tarif Trump
Pound Sterling (GBP) tetap stabil di sekitar 1,2900 terhadap Dolar AS (USD) pada sesi perdagangan Amerika Utara, Kamis.
GBP/USD menguat karena premi risiko Dolar AS berkurang setelah pasar menilai kebijakan tarif Presiden Donald Trump lebih sebagai strategi negosiasi daripada ancaman ekonomi yang serius.
Trump Longgarkan Kebijakan Tarif
- Gedung Putih mengumumkan pengecualian tarif 25% untuk mobil dari Kanada dan Meksiko selama satu bulan.
- Trump juga mempertimbangkan pengecualian untuk beberapa produk pertanian, menurut Menteri Pertanian AS.
Pelonggaran ini mengurangi ketidakpastian pasar dan mendukung sentimen risiko.
Fokus Pasar: Data NFP AS
- Pasar menantikan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang akan dirilis Jumat.
- Ekonomi AS diperkirakan menambah 160 ribu pekerjaan pada Februari, naik dari 143 ribu di Januari.
- Namun, data ADP menunjukkan penambahan hanya 77 ribu pekerjaan di sektor swasta, jauh di bawah ekspektasi 140 ribu.
Dampak Kebijakan BoE terhadap GBP
- Bank of England (BoE) mempertahankan pendekatan pelonggaran kebijakan yang moderat karena inflasi masih menjadi perhatian.
- Gubernur BoE, Andrew Bailey, memperingatkan bahwa kenaikan pajak National Insurance (NI) dapat meningkatkan inflasi 0,1%-0,2%.
- Pasar memperkirakan dua pemangkasan suku bunga sebesar 25 bp oleh BoE tahun ini, setelah penurunan ke 4,5% pada Februari.
Outlook GBP/USD
- Pound Sterling masih kuat terhadap USD, tetapi data NFP akan menjadi faktor utama dalam pergerakan selanjutnya.
- Jika data ketenagakerjaan AS lebih lemah dari perkiraan, USD bisa melemah lebih lanjut, memberi dorongan tambahan bagi GBP.
- Namun, jika data NFP lebih kuat, GBP/USD bisa kembali tertekan di bawah 1,2900.
GBP/USD

SELL 1.28838
TP 1.28573
SL 1.29154
Yen Jepang Menguat, Spekulasi Kenaikan Suku Bunga BoJ Meningkat
Yen Jepang (JPY) terus menguat terhadap Dolar AS (USD) selama tiga hari berturut-turut, dengan USD/JPY berada di dekat level terendah sejak Oktober pada sesi Asia Jumat ini.
- Faktor Penguatan Yen Jepang:
- Spekulasi kenaikan suku bunga Bank of Japan (BoJ) semakin kuat setelah Wakil Gubernur Shinichi Uchida mengisyaratkan kebijakan moneter yang lebih ketat.
- Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB) 10 tahun naik ke level tertinggi sejak 2009, mempersempit selisih suku bunga dengan negara lain.
- Ketidakpastian kebijakan perdagangan Donald Trump, termasuk perubahan tarif terhadap Kanada dan Meksiko, meningkatkan permintaan safe-haven JPY.
- Sentimen risk-off di pasar global semakin mendukung penguatan Yen.
Pengaruh Federal Reserve dan USD/JPY
- Pasar masih menunggu laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS untuk menentukan arah Dolar AS selanjutnya.
- The Fed menghadapi dilema antara inflasi yang masih tinggi dan tanda-tanda perlambatan ekonomi AS.
- Spekulasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Mei atau Juni semakin meningkat setelah pernyataan dari beberapa pejabatnya.
Outlook USD/JPY
- Jika data NFP lemah, maka USD bisa tertekan lebih lanjut, mendorong USD/JPY turun lebih dalam.
- Jika data NFP lebih kuat dari perkiraan, USD berpotensi rebound, tetapi penguatan Yen masih bisa bertahan karena ekspektasi kenaikan suku bunga BoJ.
- Secara teknikal, USD/JPY tetap dalam tren turun, dan pelemahan lebih lanjut bisa membawa pasangan ini ke level 145,00 jika momentum bearish terus berlanjut.
USD/JPY

BUY 147.890
TP 149.086
SL 147.067
Wall Street Tumbang: Tarif Trump dan Kejatuhan Saham AI Memicu Kepanikan
S&P 500 -1,8% | Dow Jones -427 Poin (-1%) | Nasdaq -2,6% (Zona Koreksi)
Tarif impor ala Donald Trump kembali mengguncang pasar, membuat indeks utama Wall Street terperosok pada Jumat dini hari WIB.
Apa yang Terjadi?
- Tarif 25% tetap berjalan, meski ada pengecualian sementara untuk Meksiko & Kanada.
- Investor khawatir perang dagang AS-China bakal makin panas → risiko inflasi & pertumbuhan ekonomi melambat.
- Stagflasi jadi ancaman: Ekonomi melambat + harga naik = mimpi buruk bagi The Fed.
- Data tenaga kerja AS (NFP) jadi fokus utama → Apakah pasar kerja masih solid?
Saham AI & Semikonduktor Jadi Korban Terbesar
- Marvell Technology -19,8% → Pendapatan naik, tapi ekspektasi AI terlalu tinggi.
- Nvidia -5,7% → Sahamnya sudah naik 820% sejak 2023, sekarang mulai terkoreksi.
- Broadcom -6,3% → Investor khawatir valuasi sudah terlalu mahal.
Apa Dampaknya ke Pasar Global?
- Wall Street bearish, tapi saham Asia justru naik:
- Hong Kong +3,3% | Shanghai +1,2%
- China siap melawan Trump dalam perang dagang, tapi mengingatkan “tidak ada pemenang.”
Ke Mana Arah Pasar Selanjutnya?
- Jika NFP AS lemah, Wall Street bisa anjlok lebih dalam karena ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed meningkat.
- Jika NFP solid, Dolar AS bisa rebound, tapi volatilitas masih tinggi.
Kesimpulan:
Wall Street masih dalam tren bearish karena ketidakpastian tarif, potensi stagflasi, dan koreksi saham AI yang selama ini menjadi penggerak utama pasar. Pasar butuh kepastian lebih dari kebijakan Trump dan The Fed untuk bisa stabil kembali.
DOW JONES

BUY 42726
TP 42981
SL 42471
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham. Seluruh konten ini bersifat informatif. Max Trader Community tidak menjamin kelengkapan dan akurasinya. Max Trader Community tidak bertanggung jawab atas segala bentuk kerugian, baik langsung maupun secara tidak langsung, akibat penggunaan informasi yang tersedia di konten ini






