Harga Emas Dunia Terkoreksi Tipis Usai Cetak Rekor
Harga Emas Terkoreksi Tipis, Tetap Catat Kenaikan Delapan Pekan Berturut-Turut
Harga emas turun sedikit pada Jumat, 21 Februari 2025, setelah investor mengambil keuntungan dari lonjakan sebelumnya. Namun, emas tetap membukukan kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut karena permintaan aset safe haven meningkat.
Harga emas spot melemah 0,1 persen menjadi USD2.939,63 per ons setelah menyentuh rekor tertinggi sebelumnya. Sepanjang pekan, harga emas naik sekitar 1,9 persen setelah mencapai USD2.954,69 per ons pada Kamis. Kontrak berjangka emas AS turun 0,1 persen menjadi USD2.953,20 per ons pada penutupan perdagangan.
Investor mengambil keuntungan setelah harga emas mencetak rekor baru di sesi sebelumnya. Namun, fundamental pasar emas tetap kuat karena permintaan safe haven masih tinggi. Harga emas telah naik 11,5 persen sejak awal tahun 2025, menembus dua rekor dalam sepekan terakhir.
Permintaan emas terutama datang dari investor Barat dan bank sentral yang terus membeli emas. Dana investasi berbasis emas (ETF) juga mengalami peningkatan, menunjukkan tren kenaikan harga yang kuat.
Kebijakan tarif baru Presiden AS Donald Trump meningkatkan ketidakpastian ekonomi global. Tarif tersebut mencakup bea masuk untuk kayu, mobil, semikonduktor, serta produk farmasi. Pemerintah AS juga menaikkan tarif impor China sebesar 10 persen dan mengenakan bea 25 persen pada baja serta aluminium.
Chief Operating Officer Allegiance Gold, Alex Ebkarian, menyatakan bahwa peralihan dana ke emas belum signifikan. Peran emas sebagai safe haven belum sepenuhnya terealisasi karena dana besar masih menunggu di luar pasar.
Investor mencermati kebijakan suku bunga The Fed yang dapat mempengaruhi daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil. Jika inflasi meningkat, The Fed kemungkinan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, menekan harga emas.
Harga perak turun 0,9 persen menjadi USD32,64 per ons, sementara palladium melemah 0,7 persen ke USD970,45 per ons. Platinum turun 1,1 persen ke USD967,40 per ons dan berpotensi mencatat penurunan mingguan.
Harga Emas Terus Menguat Karena Ketegangan Perang Dagang
Harga emas mencapai rekor tertinggi pada Kamis, 20 Februari 2025, karena meningkatnya kekhawatiran terhadap perang dagang global. Kebijakan tarif Donald Trump memicu lonjakan permintaan emas sebagai aset safe haven.
Emas spot naik 0,1 persen ke USD2.936,38 per ons pada pukul 02.36 WIB, setelah sempat menyentuh USD2.954,69 di awal sesi. Harga emas berjangka AS ditutup naik 0,7 persen menjadi USD2.956,10 per ons, naik sekitar 12 persen sejak awal tahun.
Ketegangan geopolitik dan kebijakan ekonomi AS menjadi faktor utama yang mendorong harga emas naik. Trump mengumumkan rencana tarif baru untuk kayu, mobil, semikonduktor, serta produk farmasi, menambah ketidakpastian pasar.
Trump telah mengenakan tarif 10 persen untuk impor China serta bea 25 persen pada baja dan aluminium. Kebijakan ini meningkatkan inflasi serta mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih aman seperti emas.
Permintaan emas juga didukung oleh pembelian bank sentral global yang meningkat sepanjang tahun ini. Arus masuk ke Exchange-Traded Funds (ETF) emas meningkat tiga hari berturut-turut, menunjukkan minat investor masih sangat kuat.
Di sisi geopolitik, Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai diktator, memperburuk ketegangan global. Ia mendesak Ukraina segera mengamankan perdamaian atau menghadapi risiko kehilangan kendali atas negaranya.
Meskipun kesepakatan damai dapat meredakan ketegangan sementara, tren kenaikan harga emas diprediksi tetap berlanjut. Faktor fundamental yang mendukung kenaikan harga emas masih sangat kuat dan berpotensi bertahan dalam jangka panjang.
XAU/USD

SELL 2940
TP 2918
SL 2951
Harga Minyak Dunia Turun Seiring Meredanya Ketegangan di Timur Tengah
Harga minyak dunia turun pada Jumat, 21 Februari 2025, setelah ketegangan di Timur Tengah mereda. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April turun US$2,08 atau 2,87 persen menjadi US$70,4 per barel. Minyak mentah Brent untuk pengiriman April juga merosot US$2,05 atau 2,68 persen menjadi US$74,43 per barel. Dalam sepekan terakhir, harga minyak WTI turun 0,5 persen, sementara Brent melemah 0,4 persen.
Gencatan senjata di Jalur Gaza berjalan lancar, dengan proses pembebasan sandera terus berlangsung. John Kilduff dari Again Capital menyebut meredanya ketegangan Timur Tengah berkontribusi pada penurunan harga minyak.
Selain itu, upaya perdamaian di Ukraina berpotensi memperlonggar sanksi terhadap Rusia. Jika sanksi berkurang, aliran minyak Rusia dapat kembali ke pasar global, menambah pasokan. Pasar minyak kini menanti perkembangan geopolitik lebih lanjut untuk menentukan arah harga berikutnya.
WTI/USD

BUY 70.24
TP 71.03
SL 69.33
Euro Menguat Setelah Kemenangan Kubu Konservatif Jerman, Dolar Melemah
Euro menguat pada Senin setelah oposisi konservatif Jerman memenangkan pemilihan nasional, sesuai ekspektasi pasar. Friedrich Merz akan menjadi kanselir Jerman berikutnya, meskipun ia menghadapi negosiasi koalisi yang rumit. Alternatif untuk Jerman (AfD) melonjak ke posisi kedua dalam pemungutan suara yang terpecah-pecah. Euro naik 0,46% menjadi $1,0508, dengan fokus investor pada kecepatan pembentukan pemerintahan baru.
Carsten Brzeski dari ING Research menyebut negosiasi koalisi akan sangat kompleks dan memakan waktu lama. Menurutnya, pemerintahan baru kemungkinan hanya membawa perubahan ekonomi jangka pendek seperti pemotongan pajak kecil.
Sementara itu, dolar melemah karena meningkatnya kekhawatiran atas prospek pertumbuhan ekonomi AS. Pound sterling bertahan di dekat level tertinggi dua bulan di $1,2659, sementara Aussie naik 0,17% menjadi $0,6370. Dolar Selandia Baru juga menguat 0,16% menjadi $0,5751, sementara indeks dolar turun 0,2% ke 106,34.
Dolar telah melemah lebih dari 3% sejak puncaknya pada Januari karena kebijakan tarif Trump dianggap hanya gertakan. Imbal hasil Treasury AS yang menurun juga menekan dolar, seiring ekspektasi lebih banyak pemotongan suku bunga oleh The Fed. Data ekonomi terbaru menunjukkan aktivitas bisnis AS hampir terhenti pada Februari, menambah kekhawatiran pasar. Investor menantikan data pertumbuhan kuartal keempat AS serta indeks harga inti PCE Januari pekan ini.
Chris Weston dari Pepperstone menyebut pasar sangat sensitif terhadap data ekonomi yang akan dirilis. Kekhawatiran terhadap pertumbuhan AS membuat reaksi pasar cenderung negatif terhadap data yang mengecewakan. Dolar juga melemah terhadap yen, yang naik ke level tertinggi dua bulan di 148,85 per dolar.
EUR/USD

BUY 1.05173
TP 1.05270
SL 1.04370
GBP/USD Naik Kembali di Atas Pertengahan 1,2600, Dekati Puncak Dua Bulan
Pasangan GBP/USD memulai pekan ini dengan momentum positif, naik di atas pertengahan 1,2600 selama sesi Asia. Harga spot berusaha membangun momentum di atas SMA 100-hari, didukung oleh pelemahan dolar AS (USD). Indeks Dolar (DXY) turun ke level terendah sejak 10 Desember akibat proyeksi penjualan Walmart yang mengecewakan. Kekhawatiran terhadap dampak tarif Donald Trump terhadap inflasi dan belanja konsumen turut menekan dolar.
Sementara itu, pound Inggris (GBP) mendapat dukungan dari data penjualan ritel Inggris Januari yang naik 1,7% MoM. PMI Jasa Inggris juga naik ke 51,1 pada Februari, meskipun PMI Manufaktur turun ke level terendah 14 bulan di 46,4. Meskipun prospek Bank of England (BoE) tetap suram, GBP/USD masih didorong oleh dinamika pelemahan USD.
Tanpa data ekonomi utama yang dirilis, latar belakang fundamental mendukung tren kenaikan GBP/USD.Dengan momentum ini, GBP/USD berpotensi melanjutkan tren bullish yang telah berlangsung selama sebulan terakhir.
GBP/USD

BUY 1.26669
TP 1.26970
SL 1.26430
BOJ Dapat Naikkan Suku Bunga Maret di Tengah Ancaman Tarif AS
Bank of Japan (BOJ) berpotensi menaikkan suku bunga pada Maret jika Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif yang diusulkan. Sayuri Shirai, mantan anggota dewan BOJ, menyebut tarif AS dapat meningkatkan inflasi domestik Jepang. Tarif baru untuk Kanada dan Meksiko ditunda hingga Maret, sementara tarif 10% untuk impor China telah berlaku.
Shirai mengatakan BOJ kemungkinan akan memantau perkembangan ini dan mempertimbangkan kenaikan suku bunga. Meskipun ekonomi Jepang masih lemah, suku bunga yang lebih tinggi diperlukan untuk menstabilkan yen yang terus melemah.
Yen yang lemah menyebabkan kenaikan harga makanan dan energi, berkontribusi pada inflasi yang berkepanjangan. Menurut Shirai, jika yen terus terdepresiasi dan memperburuk inflasi, BOJ harus mempertimbangkan kebijakan moneter yang lebih ketat.
USD/JPY

BUY 149.224
TP 150.275
SL 148.464
Berita utama: Wall Street Ambruk, Trump Bikin Pasar Ketar-Ketir
-
Indeks Saham AS Jatuh:
- S&P 500 turun 1,3%
- Dow Jones turun 665 poin (-1,5%)
- Nasdaq melemah 1,5%
-
Penyebab Kejatuhan Pasar:
- Laporan ekonomi menunjukkan aktivitas bisnis AS hampir stagnan.
- Sektor jasa AS menyusut, meningkatkan pesimisme di kalangan pelaku usaha.
- Kekhawatiran tarif Trump memicu lonjakan biaya impor dan inflasi.
- Konsumen AS memperkirakan inflasi naik 4,3% dalam 12 bulan ke depan.
-
Saham-saham yang Tertekan:
- Akamai Technologies: Anjlok hampir 20% meskipun laba melampaui ekspektasi.
- UnitedHealth Group: Turun 7% setelah laporan investigasi Departemen Kehakiman AS terkait praktik Medicare.
-
Saham yang Menguat:
- Celsius Holdings: Naik 27,2% setelah akuisisi Alani Nu senilai USD 1,65 miliar.
-
Dampak ke Obligasi & Pasar Global:
- Imbal hasil obligasi AS turun, memicu spekulasi The Fed akan menahan suku bunga lebih lama.
- Bursa Asia & Eropa campur aduk:
- Nikkei 225 (Jepang) naik tipis 0,3% karena inflasi masih tinggi.
- Hang Seng (Hong Kong) melonjak 4% berkat kenaikan saham Alibaba yang optimistis dengan AI.
Kesimpulan
Ketidakpastian kebijakan ekonomi AS di bawah Trump semakin menekan pasar. Investor menanti langkah The Fed terkait suku bunga, sementara volatilitas masih tinggi di tengah sentimen global.
DOW JONES

BUY 43641
TP 44072
SL 43159






